HADIST TENTANGETIKA BERDAKWAH - SANTRI ENDONESA

Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar

Breaking

Home Top Ad

W E L C O M E

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, August 22, 2018

HADIST TENTANGETIKA BERDAKWAH


BAB II
PEMBAHASAN
A.    HADIST TENTANGETIKA BERDAKWAH
حديثُ عبدِ اللهِ بن عمرٍو رضي الله عنهما، قال : لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُوْلُ : إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ اَحْسَنَكُمْ اَخْلاَقًا ) أخرجه البخاري( 
“Abdullah bin Amrr.a.berkata: Nabi Saw bukanlahseorang yang kejiperkataannya, jugatidakbiasaberkatakeji, bahkanNabi Saw bersabda: Sesungguhnya yang terbaikdiantara kalian ialah yang terbaikakhlakbudipekertinya”. (HR. Bukhari)[1]
Seorang da’i bukan hanya menyampaikan pengetahuan praktis peribadatan, akan tetapi dalam konteks sosial ia juga berperan untuk menata moralitas perilaku masyarakat Islam dalam berbagai aspek kehidupan
B.     SEPUTAR PERAWI HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm al Sahmiy. Abdullah seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni hadis rasusullah  SAW.  Hadis yang ia riwayatkan mencapai 700 hadis, sesudah minta izin Rasulullah SAW. Ia mencatat hadits yang didengar dari nabi.[1]Beliau adalah seorang abadilah yang faqih, beliau memeluk agama islam sebelum ayahnya, kemudin hijrah sebelum penakhlukan mekkah, dan seorang diantara fuqaha’ dari kalangan sahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if.
C.    MAKNA MUFRODAT
Lafadz لَمْ يَكُنِbukanlah pada lafadz ini ialah fi’il mudhari’ yang kemasukan lam nafi mengindikasikan terhadap arti larangan maka dari hadits di atas setiap kaum muslimin di larang mengucapkan sesuatu yang di larang.
فَاحِشًاlafad ini termasuk isim fail yang berartiorang yang berkata jelek, menurut qodi asal dari kata bertambah dan keluar dari batasan , dalam artian pada dasarnya seseorang itu harus mempunyai kodrat perkataan yang baiksekiranya tidak meyakiti perkataan orang lain tak kala berbicara ini juga berlakupada dakwah.
D.    MAKNA KOMPREHENSIF DARI HADIS ETIKA BERDAKWAH
Hadits diatas menegaskan bahwasanya Rasulullah Saw adalah bukan orang yang keji dan bukan pula orang yang berkata keji, beliau adalah suri tauladan sepanjang masa bagi umat manusia. Nabipun mengatakan bahwasanya yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik ahlaknya,Bukanlah suatu harta, jabatan, pangkat ataupun bagusnya fisik seseorang. Menurut imam al-ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tampa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Islam mengajarkan untuk berbuat baik kepada sesama, orang yang keji lagi berkata keji (perkataan kotor) tidak masuk kedalam kriteria hamba yang mukmin karena ahlaq yang baik adalah sebagian dari kesempurnaan iman seseorang. Perkataan yang baik adalah yang disukai Allah SWT, sebaliknya perkataan yang buruk adalah yang dibenci-NYA. Perkataan baik ini tidak akan muncul selain hanya mengandung kebenaran dan manfaat. Kalo sekiranya seseorang mengetahui bahwa perkataannya tidak akan membawa manfaat, bahkan akan menimbulkan mudharat atau bahaya, maka perkataan tersebut wajib ditinggalkan. [2]
            Secara umum etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri, dimana secara umum seorang da’i harus melakukan tindakan-tindakan yang terpuji dan menjauhkan dari perilaku-perilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah rambu-rambu etis yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah. Dalam berdakwah terdapat beberap etika yang merupakan rambu-rambu etis juru dakwah sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat responsif. Seorang da’i atau pelaku dakwah dituntut untuk memilki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku yang tercela. Dan sumber dari rambu-rambu etis dakwah bagi seorang da’i adalah al-quran seperti yang dicontohkan oleh nabi muhammad SAW. Karna pada dirinyalah figur teladan bagi kehidupan yang diinginkan oleh Allah. Dan pada diri Rasulullah telah mencapai puncak keimanan yang tinggi.[3]
Seorang da’i bukan hanya menyampaikan pengetahuan praktis peribadatan, akan tetapi dalam konteks sosial ia juga berperan untuk menata moralitas perilaku masyarakat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Da’i yang sukses adalah yang mampu merawat profesionalismenya serta karakter shalehnya (akhlak). Untuk dapat mengembangkan dakwah, ada beberapa etika sebagai berikut:
1.      Berahlak Mulia
            Seorang da’i dituntut untuk berahlak mulia. Mereka harus membersihkan hati, pikiran, dan perbuatan dari berbagai hal yang tidak baik dan bertentangan dengan nilai agama. Sikap dan sifat, iri, dengki, hasut, dusta, khianat, dan sebagainya harus disingkirkan. Sifat dan sikap sabar, penyayang, syukur, benar, jujur, amanah, setia, menepati janji, tawaduk, dan yang lainya harus dijaga dan dikembangkan. Akhlaq al-karimah mutlak harus dijalankan oleh seorang da’i. Menurut Ahmad Amin; “ agama yang benar menjadi rusak ( gambaran dimata manusia) karena pembawanya dan agama yang tidak benar menjadi baik ( gambarannya dimata manusia ) karena pembawanya”.[4]
2.      Merefleksikan Keimanan
“Dari Abi Sa’id al-Khudry r.a. saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya ia ubah dengan tangannya, apabila tidak mampu dengan lisannya dan apabila tidak mampu juga dengan hati, sesungguhnya ini selemah-lemah iman”. (HR. Muslim, Ibn Majah, Annasa’i dalam kitab At-Targhib).
Keimanan seorang da’i sangat diperlukan untuk keberlangsungan proses dakwah islamiah, bukan hanya bernilai sebagai pemanis dalam  menyampaikan materi dakwah, tetapi dapat menyentuh perasaan obyek dakwah sehingga mereka akan dapat menerima materi dakwah yang di sampaikan oleh da’i.[5] Pendek kata keimanan seseorang akan memberikan pengaruh retoris bagi da’i karena akan memengaruhi nilai pesan yang disampaikan. Disisi lain keimanan dai akan memberikan nilai yang lebih substansial, yakni dakwah membutuhkan ketekunan, kekuatan psikologis dan emosional serta kekutan intelektual. Dengan kekuatan-kekuatan tersebut seorang da’i tidak akan patah semangat, tidak mudah putus asa, tidak mudah dipengaruhi, tidak mudah dihadang, dan tidak mudah tergoda.[6]
3.      .Nabimenganjurkanberbicara yang baik-baiksaja
“Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”.(Ibnu Abi Dunya)
4.      Tidakberperilakusombong
عن ابن عمر قال صلعم من تعاظم فى نفسه واجتال فى مشيته القى الله وهو عليه غضبان
“Dari Ibn Umar r.a ia berkata, bersabda Rasulullah saw, barangsiapa merasa besar diri, dan sombong dalam berjalannya, pasti ia akan menemui Allah dalam keadaan Allah murka kepadaya”.
Seorang yang dirinyaberprofesimenjadipendakwahharusmampumemeliharadirinyadarisifatsombongyaitumenolakkebenaranlantarangengsisertameremehkanmanusia.
5.      Bermuka manis dan murah senyum
seorangda’idituntunmemilikiperangai yang baik, bermukamanisdanmurahsenyum.





                                   








KESIMPULAN
حديثُ عبدِ اللهِ بن عمرٍو رضي الله عنهما، قال : لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُوْلُ : إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ اَحْسَنَكُمْ اَخْلاَقًا ) أخرجه البخاري( 
“Abdullah bin Amrr.a.berkata: Nabi Saw bukanlahseorang yang kejiperkataannya, jugatidakbiasaberkatakeji, bahkanNabi Saw bersabda: Sesungguhnya yang terbaikdiantara kalian ialah yang terbaikakhlakbudipekertinya”. (HR. Bukhari)[1]
Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm al Sahmiy. Abdullah seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni hadis rasusullah  SAW.  Hadis yang ia riwayatkan mencapai 700 hadist, Secara umum etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri, dimana secara umum seorang dai harus melakukan tindakan-tindakan yang terpuji dan menjauhkan dari perilaku-perilaku yang tercela.Dalamberdakwahhendaklahkitamemperhatikanetika-etikadenganbaik agar berdakwahtersebutbisaberjalandenganlancardanefektif.Denganharapanapa yang disampaikanmudahditerimadanmendapatrespon yang baikpula.Etika-etikatersebutantara lain: denganperkataan yang benar, mulia, lemahlembut, ringandanmudahdimengerti.Islam sebagai agama yang sempurnamengajarkandengansangat detail bagaimanaberdakwah yang baik. Hal tersebutbisakitalihat di al-qurandanhadits.



[1]Ibn Hajar Asqalani, Thabaqat ibn Sa’ad 4/9
[2]Arief Rahman Aji. Kitab Targhib wa Al-Tarhib
[3]Salihun A Nasir, Teologi Islam;Jakarta,RajaGrafindo Persada, 2012. Hal 83
[4]HM. Masyhur Amin, Ibid, hal. 73-74
[5]HM. Masyhur Amin, Dakwah islam dan pesan moral, Yogyakarta, al-Amin Press,1997,hal. 70-71
[6]Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah; Malang, Madani, 2016, hal. 169

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages