AJARAN-AJARAN TASAWUF FALSAFI
Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang menggabungkan antara visi mistis
dan visi rasional. Maksudnya dalam tasawuf ini menggunakan sedikit sentuhan
teori-teori filsafat yang telah mempengaruhi tokoh-tokohmya. Dalam hal ini ada
empat objek utama yang menjadi perhatian sufi filosof, diantaa 4 objek tersebut
antara ain adalah;
1.
Latihan
rohaniyah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi dari dalam dirinya.
2.
Iluminasi,
atau hakikat yang tersingkap dari alam ghaib. Seperti sifat-sifat rabbani,
‘arsyi, kursi, malaikat wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas segala yang
wujud, yang ghaib maupun yang tampak, dan susunan kosmos terutama tentang
Penciptaanya serta penciptaannya.
3.
Peristiwa-peristiwa
dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap beragai bentukkekeramatan
atau keluarbiasaan.
4.
Penciptaan
ungkapan-ungkapan pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat), yang dalam
hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa, mengingkari menyetujui,
ataupun mengintrepretasikannya dengan interpretasi yang berbeda-beda.
A. TOKOH-TOKOH TASAWUF FALSAFI.
1.
Ibnu
‘Arabi
Muhammad bin ‘ali bin Ahmad bin ‘Abdullah bin ‘Ath-Tha’i Al-
Haitami atau yang sering dikenal sebagai ibnu ‘Arabi. Merupakan anak dari
keluarga yang berpangkat, hartawan dan ilmuan. Yang lahir di Murcia, Andalusia
tenggara, Spanyol pada tahun 560 H.dan meninggal 638 H. Di daerah Hijaz.
Beliau berguru kepada Abu Madyan Al-Ghauts At-Talimsari dan Yasmin
Musyaniyah (seorang wali dari kalangan perempuan). Beliau juga pernah bertemu
dengan Ibnu Rusyd, yang merupakan filosof muslim dan tabib di istana dinasti
barbar dari alomohad di Kordova. Beliau juga dikabarkan jika penah mengunjungi
Al-Mariyyah yang menjadi pusat madrasah ibnu masarrah, seorang sufi falsafi
yang cukup berpengaruh dan memperoleh banyak pengaruh di Andalusia.
Ajaran-ajaran tasawuf ibnu Arabi
a.
Wahdat
Al Wujud
Wahdat Al Wujud atau yang sering disebut sebagai kesatuan wujud
ialah ajaran yang sentral dari ibnu arabi, yang akhirnya di tentang oleh ibnu
thaimiyah. Menurut ibnu thaimiyah wahdat al wujud ialah termasuk bentuk
penyamaan allah dengan alam. Menurut beliau paham ini menjelaskan jika wujud
tuhan itu sama dengan alam maksudnya. Alam merupakan perumpamaan wujud tuhan.
Dan orang-orang yang memiliki paham wahdat al wujud ini juga megatakan jika
wujud alam sama dengan wujud tuan, yang dalam artian wujud keduanya itu tidak
ada bedanya. Menurut ibnu thaimiyah juga jika memang paham wahdat al wujud itu
hanya merupakan bentuk penyamaan khaliq dengan makhluk saja tapi tdak dengan
penyucian khaliq (tanzih)nya.
Namun menurut pemilik paham ini, ibnu arabi mengatakan jika; wujud
semua ini hanya satu dan wujud makhlk ini hakikatnya adalah wujud dari khaliq.
Dan tidak ada perbedaan antara keduanya baik makhlk ataupun khalik dari segi
hakikatnya. Hal ini hanya dapat dilihat dari pancaindra lahiriyah dan akal yang
terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat apa yang ada pada Dzatnya dari
kesatuan dzattiyah yang segala sesuatunya berhimpun padaNya.
Ibnu Arabi juga mengatakan jika wujud alam ini hakikatnya adalah
dari wujud Allah dan Allah hakikatnya alam. Beliau mengatakan tak ada perbedaan
antara wujud yang qadim atau khaliq denga wujud yang baru atau yang disebut
dengan makhluk. Tak ada perbedaan pula antara yang menyembah dan yang di
sembah. Bahkan antara yang menyembah dan yang di sembah adalah satu, yang
berbeda hanyalah pada rupa dan ragam dari hakikat yang satu.
Menurut ibnu arabi satu-satunya wujud ialah hanya wujud dari wujud
tuhan, selebihnya tidak ada wujud yang benar-benar wujud selain wujud dari
wujud tuhan. Maksudnya kata wujud tersebut tidak diberikan oleh ibnu arabi
kepada selain tuhan. Dari sini jelas jika ibnu arabi masih membedakan antara
makhluq dan khaliq. Sedangkan wujud alam itu adalah merupakan wujud tuhan yang
di pinjamkan oleh tuhan. Namun yang sebenarnya tetap saja wujud itu hanya milik
allah, sedangwujud yang ada pada makhluk ialah wujud yang hanya per-wujud-an
dari wujud tuhan.
b.
Haqiqah
Muhammadiyah
Haqiqah Muhammadiyah ini merupakan masih onsep lanjutan dari konsep
sebelumnya wahdat al wujud yang dipaparkan oleh ibnu arabi. Menurut beliau
penciaptaan alam semesta ii tak lepas dari haqiqah Muhammadiyah atau yang
disebut sebagai Nur Muhammad. Menurutnya penciptaan alam semesta ini ada
beberapa tahapan
Yang pertama, wujud tuhan subagai wujud yang mutlak. Yaitu dzat
yang awal, mandiri dan idak berhajat kepada sesuatu apapun.
Yang kedua, wujud haqiqah Muhammadiyah. Sebagai emanasi (pelimpahan
) pertam dari wujud tuhan dan dari sinilah baru muncul satu-persatu segala yang
wujud. Karena memang segala sesuatu dalam pembuatan alam semesta itu berawal
dari Nur muhammad atau haqiqah Muhammadiyyah.
c.
Wahdatul
Adyan
Yang berarti kesatuan agama, menurut ibnu arabi suber agama itu
adalah satu, yaitu hakikat muhammad. Dan konsekuensinya adalah jika semua agama
itu satu, semua itu milik allah. Seperti pada syairnya yang bebunyi ;
“ kini kalbuku bisa menampung semua,
Ilalamg pemburuan kijang atau biarawan pendeta
Kuil pemuja berhala atau ka’bah
Lauh taurah atau mahaf al-quran
Aku hanya memeluk agama cinta kemanapun kendaraan-kendaraanku
menghadap.
Karena cinta adalah agamaku dan imanku
2.
Al-Jili
Al-jilli atau Abdul karim bin ibrahim Al-jili. Di katakan Al-jili
karena merupakan tempat kelahirannya di Ghilan. Beliau lahir pada tahun 1365 M.
Di ghilan dan wafat pada tahun 1417 M. Beliau pernah berguru pada Syeikh
Syarafuddin Ismail bin Ibrahim Al jabarti di Zabid daerah Yaman. Selain itu
dikatakan pula beliau perna melakukan perjalanan hingga ke india hingga
kemudian belajar tasawuf pada Abdul Qadir Al-Jailani yang merupakan pendiri dan
pemimpin tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal.
Ajaran –ajaran tasawuf Al-Jili;
a.
Insan
kamil
Manusia sempurna, menurut Al-Jilli insan kamil adalah nuskhah atau
copy tuhan. Tuhan memiliki sifat-sifat hidup, mampu berkehendak, pandai
mendengar dan sebagainya. Sama pula seperti adam yang demikian. Menurutnya adam
adalah zalah satu dzat yang berhadapan dengan dzatNya. Melalui konsep ini kita
tau jika di;ihat dari proses penciptaanya adam merupakan insan kamil dengan
segala kesempurnaanya. Sebab pada diri adam terdapat sifat dan nama ilahiyat.
Al-Jilli juga mengatakan jika perumpamman tuhan dengan insan kamil
ialah seperti cermin. Dimana seseorang itu tidak dapat melihat bentuk ny
sendiri tanpa perantara sebuah cermin. Maksudnya insan kamil itu tidak dapat
melihat dirinya selain dari cermin nama tuhan. Dari sudut pandang manusia,
tuhan merupakan cermin bagi manusia untuk melihat dirinya. Sebaliknya tuhan
mengharuskan dirinya agar nam-nam dan sifat-sifatnya tidak dilihat maka tuhan
menciptakan insan kamil sebagai cerminan dari diriNya.
Menurutnya insan kamil merupakan tempat proses beedarnya segala
yang wujud dari awal hingga akhir. Dia satu wujud dari wujud hingga selamanya.
Dia dapat muncul dan menampakan dirinya dalam berbagai macam bentuk. Dia
bernama asli Muhammad, nama kehormatanya al-qosim, dan beliau dijuliki
syamsuddin. Itu merupakan bentuk penghormatan tinggi dari al-Jilli kepada Nabi
Muhammad sebagai insan kamil.
b.
Maqamat
(al-Martabah)
Al –Jilli mengungkapakan beberapa maqam untuk dapat menuju insan
kamil.
1.
Islam,
seorang sufi tidak hanya melakukan sebagi riual saja akan tetapi juga dengan
mengkosongkan jiwanya dari tuntutan kemanusiaan agar terisi jiwa tersebut
dengan sifat-sifat ketuhanan.
2.
Iman,
membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakan
dasar-dasar keislaman.
3.
Shalah,
melakukan ibadah terus menerus dengan perasaan khauf dan raja’.
4.
Ihsan,
merasakan seakan-akan berada dihadapan Allah.
5.
Syahadah,
mahabbah kepada tuhan secara terus menerus tanpa pamrih, dan meninggalkan
hal-hal yang menjadi keinginan pribadi.
6.
Siddiqiyah,pencapaian
hakikat makrifah yang diperoleh secara bertahap, ‘ilmu al-yakin, ‘ain al-yakin
dan haqq al-yakin.
7.
Qurbah
maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan
nama yang mendekati sifat dan nama Allah.
3.
Ibnu
Sab’in
‘abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nasr seorang sufi filosof yang
dilahirkan di murcia pada tahun 614 H. Beliau berguru melalui karya dari ibn
Dihaq, Al-Yuni dan Al-Hurani.
Ajaran tasawuf Ibnu Sab’in;
1.
Kesatuan
mutlak
Gagasannya sebenarnya sederhana yaitu wujud adalah satu alias wujud
allah semata. Dengan demikian wujud yang lainya adalah wujud yang satu sendiri,
maksudnya wujud –wujud lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud
yang satu semata. Persoalannya adalah yang satu itu tetap. Milik wujud Allah
semata.pada paham ini ibnu Sab’in menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Menurut
ibnu Sab’in wujud Allah adalah segala asal yang ada pada masa lalu, masa kini
maupun masa yang akan datang. Sementara wujud materi yang tampak justru ibnu
sab’in merujukkan kepada wujud mutlak rohaniyah. Paham ini mirip dengan haqiqat
muhammad milik ibnu ‘Arabi dan manusia sempurna al-Jilli.
2.
Penolakan
terhadap logika aristotelian
Dalam karyanya Budd-al’Arif , ibnu Sab’in mengatakan bila yang
disebut logika pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk terhadap logka
penalaran.tapi masuk pada embusan ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang
belim pernah di lihatnya dan bisa mendengar apayang belum ia dengar. Dengan
demikian logika tersebut bercorak intuitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Siregay, Rivay. 2002. Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta ; PT.
RajaGrafindo Persada
M. Sholihin, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu tasawuf. Bandung; CV pustaka
Setia
A. Mustatofa. 2014. Akhlak
Tasawuf. Bandung; CV Pustaka Setia
No comments:
Post a Comment