TASAWUF FALSAFI - SANTRI ENDONESA

Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar

Breaking

Home Top Ad

W E L C O M E

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, August 22, 2018

TASAWUF FALSAFI


AJARAN-AJARAN TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang menggabungkan antara visi mistis dan visi rasional. Maksudnya dalam tasawuf ini menggunakan sedikit sentuhan teori-teori filsafat yang telah mempengaruhi tokoh-tokohmya. Dalam hal ini ada empat objek utama yang menjadi perhatian sufi filosof, diantaa 4 objek tersebut antara ain adalah;
1.      Latihan rohaniyah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi dari dalam dirinya.
2.      Iluminasi, atau hakikat yang tersingkap dari alam ghaib. Seperti sifat-sifat rabbani, ‘arsyi, kursi, malaikat wahyu, kenabian, roh, hakikat realitas segala yang wujud, yang ghaib maupun yang tampak, dan susunan kosmos terutama tentang Penciptaanya serta penciptaannya.
3.      Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap beragai bentukkekeramatan atau keluarbiasaan.
4.      Penciptaan ungkapan-ungkapan pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat), yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa, mengingkari menyetujui, ataupun mengintrepretasikannya dengan interpretasi yang berbeda-beda.

A. TOKOH-TOKOH TASAWUF FALSAFI.
1.      Ibnu ‘Arabi
Muhammad bin ‘ali bin Ahmad bin ‘Abdullah bin ‘Ath-Tha’i Al- Haitami atau yang sering dikenal sebagai ibnu ‘Arabi. Merupakan anak dari keluarga yang berpangkat, hartawan dan ilmuan. Yang lahir di Murcia, Andalusia tenggara, Spanyol pada tahun 560 H.dan meninggal 638 H. Di daerah Hijaz.
Beliau berguru kepada Abu Madyan Al-Ghauts At-Talimsari dan Yasmin Musyaniyah (seorang wali dari kalangan perempuan). Beliau juga pernah bertemu dengan Ibnu Rusyd, yang merupakan filosof muslim dan tabib di istana dinasti barbar dari alomohad di Kordova. Beliau juga dikabarkan jika penah mengunjungi Al-Mariyyah yang menjadi pusat madrasah ibnu masarrah, seorang sufi falsafi yang cukup berpengaruh dan memperoleh banyak pengaruh di Andalusia.
Ajaran-ajaran tasawuf ibnu Arabi
a.       Wahdat Al Wujud
Wahdat Al Wujud atau yang sering disebut sebagai kesatuan wujud ialah ajaran yang sentral dari ibnu arabi, yang akhirnya di tentang oleh ibnu thaimiyah. Menurut ibnu thaimiyah wahdat al wujud ialah termasuk bentuk penyamaan allah dengan alam. Menurut beliau paham ini menjelaskan jika wujud tuhan itu sama dengan alam maksudnya. Alam merupakan perumpamaan wujud tuhan. Dan orang-orang yang memiliki paham wahdat al wujud ini juga megatakan jika wujud alam sama dengan wujud tuan, yang dalam artian wujud keduanya itu tidak ada bedanya. Menurut ibnu thaimiyah juga jika memang paham wahdat al wujud itu hanya merupakan bentuk penyamaan khaliq dengan makhluk saja tapi tdak dengan penyucian khaliq (tanzih)nya.
Namun menurut pemilik paham ini, ibnu arabi mengatakan jika; wujud semua ini hanya satu dan wujud makhlk ini hakikatnya adalah wujud dari khaliq. Dan tidak ada perbedaan antara keduanya baik makhlk ataupun khalik dari segi hakikatnya. Hal ini hanya dapat dilihat dari pancaindra lahiriyah dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat apa yang ada pada Dzatnya dari kesatuan dzattiyah yang segala sesuatunya berhimpun padaNya.
Ibnu Arabi juga mengatakan jika wujud alam ini hakikatnya adalah dari wujud Allah dan Allah hakikatnya alam. Beliau mengatakan tak ada perbedaan antara wujud yang qadim atau khaliq denga wujud yang baru atau yang disebut dengan makhluk. Tak ada perbedaan pula antara yang menyembah dan yang di sembah. Bahkan antara yang menyembah dan yang di sembah adalah satu, yang berbeda hanyalah pada rupa dan ragam dari hakikat yang satu.
Menurut ibnu arabi satu-satunya wujud ialah hanya wujud dari wujud tuhan, selebihnya tidak ada wujud yang benar-benar wujud selain wujud dari wujud tuhan. Maksudnya kata wujud tersebut tidak diberikan oleh ibnu arabi kepada selain tuhan. Dari sini jelas jika ibnu arabi masih membedakan antara makhluq dan khaliq. Sedangkan wujud alam itu adalah merupakan wujud tuhan yang di pinjamkan oleh tuhan. Namun yang sebenarnya tetap saja wujud itu hanya milik allah, sedangwujud yang ada pada makhluk ialah wujud yang hanya per-wujud-an dari wujud tuhan.

b.      Haqiqah Muhammadiyah
Haqiqah Muhammadiyah ini merupakan masih onsep lanjutan dari konsep sebelumnya wahdat al wujud yang dipaparkan oleh ibnu arabi. Menurut beliau penciaptaan alam semesta ii tak lepas dari haqiqah Muhammadiyah atau yang disebut sebagai Nur Muhammad. Menurutnya penciptaan alam semesta ini ada beberapa tahapan
Yang pertama, wujud tuhan subagai wujud yang mutlak. Yaitu dzat yang awal, mandiri dan idak berhajat kepada sesuatu apapun.
Yang kedua, wujud haqiqah Muhammadiyah. Sebagai emanasi (pelimpahan ) pertam dari wujud tuhan dan dari sinilah baru muncul satu-persatu segala yang wujud. Karena memang segala sesuatu dalam pembuatan alam semesta itu berawal dari Nur muhammad atau haqiqah Muhammadiyyah.

c.       Wahdatul Adyan
Yang berarti kesatuan agama, menurut ibnu arabi suber agama itu adalah satu, yaitu hakikat muhammad. Dan konsekuensinya adalah jika semua agama itu satu, semua itu milik allah. Seperti pada syairnya yang bebunyi ;
“ kini kalbuku bisa menampung semua,
Ilalamg pemburuan kijang atau biarawan pendeta
Kuil pemuja berhala atau ka’bah
Lauh taurah atau mahaf al-quran
Aku hanya memeluk agama cinta kemanapun kendaraan-kendaraanku menghadap.
Karena cinta adalah agamaku dan imanku

2.      Al-Jili
Al-jilli atau Abdul karim bin ibrahim Al-jili. Di katakan Al-jili karena merupakan tempat kelahirannya di Ghilan. Beliau lahir pada tahun 1365 M. Di ghilan dan wafat pada tahun 1417 M. Beliau pernah berguru pada Syeikh Syarafuddin Ismail bin Ibrahim Al jabarti di Zabid daerah Yaman. Selain itu dikatakan pula beliau perna melakukan perjalanan hingga ke india hingga kemudian belajar tasawuf pada Abdul Qadir Al-Jailani yang merupakan pendiri dan pemimpin tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal.
Ajaran –ajaran tasawuf Al-Jili;
a.       Insan kamil
Manusia sempurna, menurut Al-Jilli insan kamil adalah nuskhah atau copy tuhan. Tuhan memiliki sifat-sifat hidup, mampu berkehendak, pandai mendengar dan sebagainya. Sama pula seperti adam yang demikian. Menurutnya adam adalah zalah satu dzat yang berhadapan dengan dzatNya. Melalui konsep ini kita tau jika di;ihat dari proses penciptaanya adam merupakan insan kamil dengan segala kesempurnaanya. Sebab pada diri adam terdapat sifat dan nama ilahiyat.
Al-Jilli juga mengatakan jika perumpamman tuhan dengan insan kamil ialah seperti cermin. Dimana seseorang itu tidak dapat melihat bentuk ny sendiri tanpa perantara sebuah cermin. Maksudnya insan kamil itu tidak dapat melihat dirinya selain dari cermin nama tuhan. Dari sudut pandang manusia, tuhan merupakan cermin bagi manusia untuk melihat dirinya. Sebaliknya tuhan mengharuskan dirinya agar nam-nam dan sifat-sifatnya tidak dilihat maka tuhan menciptakan insan kamil sebagai cerminan dari diriNya.
Menurutnya insan kamil merupakan tempat proses beedarnya segala yang wujud dari awal hingga akhir. Dia satu wujud dari wujud hingga selamanya. Dia dapat muncul dan menampakan dirinya dalam berbagai macam bentuk. Dia bernama asli Muhammad, nama kehormatanya al-qosim, dan beliau dijuliki syamsuddin. Itu merupakan bentuk penghormatan tinggi dari al-Jilli kepada Nabi Muhammad sebagai insan kamil.
b.      Maqamat (al-Martabah)
Al –Jilli mengungkapakan beberapa maqam untuk dapat menuju insan kamil.
1.      Islam, seorang sufi tidak hanya melakukan sebagi riual saja akan tetapi juga dengan mengkosongkan jiwanya dari tuntutan kemanusiaan agar terisi jiwa tersebut dengan sifat-sifat ketuhanan.
2.      Iman, membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakan dasar-dasar keislaman.
3.      Shalah, melakukan ibadah terus menerus dengan perasaan khauf dan raja’.
4.      Ihsan, merasakan seakan-akan berada dihadapan Allah.
5.      Syahadah, mahabbah kepada tuhan secara terus menerus tanpa pamrih, dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan pribadi.
6.      Siddiqiyah,pencapaian hakikat makrifah yang diperoleh secara bertahap, ‘ilmu al-yakin, ‘ain al-yakin dan haqq al-yakin.
7.      Qurbah maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Allah.

3.      Ibnu Sab’in
‘abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nasr seorang sufi filosof yang dilahirkan di murcia pada tahun 614 H. Beliau berguru melalui karya dari ibn Dihaq, Al-Yuni dan Al-Hurani.
Ajaran tasawuf Ibnu Sab’in;
1.      Kesatuan mutlak
Gagasannya sebenarnya sederhana yaitu wujud adalah satu alias wujud allah semata. Dengan demikian wujud yang lainya adalah wujud yang satu sendiri, maksudnya wujud –wujud lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud yang satu semata. Persoalannya adalah yang satu itu tetap. Milik wujud Allah semata.pada paham ini ibnu Sab’in menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Menurut ibnu Sab’in wujud Allah adalah segala asal yang ada pada masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang. Sementara wujud materi yang tampak justru ibnu sab’in merujukkan kepada wujud mutlak rohaniyah. Paham ini mirip dengan haqiqat muhammad milik ibnu ‘Arabi dan manusia sempurna al-Jilli.
2.      Penolakan terhadap logika aristotelian
Dalam karyanya Budd-al’Arif , ibnu Sab’in mengatakan bila yang disebut logika pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk terhadap logka penalaran.tapi masuk pada embusan ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belim pernah di lihatnya dan bisa mendengar apayang belum ia dengar. Dengan demikian logika tersebut bercorak intuitif.










DAFTAR PUSTAKA

M. Sholihin, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu tasawuf. Bandung; CV pustaka Setia
A. Mustatofa. 2014. Akhlak Tasawuf. Bandung; CV Pustaka Setia

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages